Karawitan merupakan seni suara daerah baik vokal atau instrumental yang mempunyai klarifikasi dan perkembangan dari daerahnya itu sendiri. Karawitan di bagi 3, yaitu :
- Karawitan Sekar,
- Karawitan Gending,
- Karawitan Sekar Gending.
Sebelum merambah pada penjelasan pembagian tiga jenis karawitan ini,
perlu diketahui bahwa deskripsi karawitan berikut ini lebih difokuskan
pada Karawitan Sunda.
1. Karawitan Sekar
Karawitan
Sekar merupakan salah satu bentuk kesenian yang dalam penyajiannya
lebih mengutamakan terhadap unsur vokal atau suara manusia. Karawitan
sekar sangat mementingkan unsur vokal.
2. Karawitan Gending
Karawitan
Gending merupakan salah satu bentuk kesenian yang dalam penyajiannya
lebih mengutamakan unsur instrumental atau alat musik. KARAWITAN
VOKAL/SEKARAN
Yang dimksud dengan karawitan vokal atau lebih dikenal dalam
karawitan Sunda dengan istilah Sekar ialah seni suara yang dalam
substansi dasarnya mempergunakan suara manusia. Tentu saja dalam
penampilannya akan berbeda dengan bicara biasa yang juga mempergunakan
suara manusia. Sekar merupakan pengolahan yang khusus untuk menimbulkan
rasa seni yang sangat erat berhubungan langsung dengan indra
pendengaran. Dia sangat erat bersentuhan dengan nada, bunyi atau
alat-alat pendukung lainnya yang selalu akrab berdampingan
Pada kehidupan orang Sunda pada masa lalu sejak mereka lahir secara
tidak langsung telah didekatkan dengan alunan sekar. Sejak mereka lahir
sang ibu menimang, meninabobokan dengan menggunakan sekar. Dalam
mengajak bermain, dalam tahap-tahap mulai belajar bicara, belajar
berjalan, sekar sangat sering didengarkan oleh orang tua atau
pengasuhnya. Itulah sebabnya lagu-lagu dalam meninabobokan atau ngayun
ngambing anak selalu populer dari masa ke masa, dalam arti
kelestariannya terlihat karena selalu dilakukan dari generasi ke
generasi.
Seperti telah diterangkan di atas, sekar mempunyai kedudukan yang
tersendiri dalam kehidupan karawitan, walaupun pada dasarnya sekar
berbeda dengan bicara biasa, sekar sangat dekat bahkan terkadang sangat
dominant dengan lagam bicara atau dialek. Dialek Cianjur, Garut, Ciamis,
Majalengka dalam mengungkapkan percakapan seringkali seolah-olah
bermelodi seperti bernyanyi. Oleh karena kesan dialek yang sangat erat
itulah kiranya banyak orang luar daerah Sunda yang secara tidak langsung
menyebutkan bahwa cara bicara orang Sunda seperti bernyanyi. Memang
erat dengan penggunaan kata-kata di dalamnya tetapi kata-kata dalam
sekar telah diolah sedemikian rupa sehingga berbentuklah penampilan
secara utuh menjadi sebuah komposisi lagu. Dengan demikian, jelaslah
bahwa kata dalam kedudukan sekar merupakan salah satu alat pengungkap
masalah atau tema yang diketengahkan. Kata yang sama dapat diungkapkan
dalam berbagai lagu/melodi, menurut kehendak rasa seni si pencipta itu
sendiri. Akan tetapi tanpa disadari bahwa terkadang dalam kehidupan
sekar tidak selalu dipergunakan kata secara utuh, sering terdengar suara
bunyi dijadikan lagu. Hal ini sering terjadi dalam lagu-lagu tertentu,
misalnya hanya mempergunakan bunyi a saja atau nang neng nong atau hm
dan lain-lain. Penggunaan kata yang tidak jelas sering didapati apabila
bersenandung atau ngahariring/hariring.
Dari kesimpulan itu, dapatlah ditarik beberapa hal yang sangat erat
bertalian dengan sekar, yaitu: Lagam bicara dialek adalah khas daerah
tertentu dalam berbicara sehari-hari yang dari ungkapannya dapat kita
tarik satu garis melodi yang sangat erat bertalian dengan nada. Contoh
dapat ditemukan dalam kata Punten, Masya Allah di daerah Cianjur. Khusus
untuk lagam bicara ini dalam gending karesmen, sering ditemukan teknik
bernyanyi dan lagu yang dipergunakan dalam dialog yang secara utuh
mempergunakan lagam bicara. Hanya dalam pengungkapannya dilakukan lagam
bicara. Jadi, dia berbicara dalam nada. Sifatnya kebanyakan datar atau
melengking tinggi. Lagu yang demikian dikenal dengan sebutan sekar
biantara (nyanyian bicara). Dalam pergelaran wayang golek sangat terasa
sekali dalam memerankan/antawacana tokoh-tokoh tertentu yang selalu
mempergunakan lagu bicara, sangat terasa pula dalam nyandra.
Contoh kata-kata yang sangat lekat dengan lagu dalam lagam bicara antara lain:
a) Pun……ten
b) Sorangan bae yeuh…….!
c) Tunjuk-tunjuk hey, sakali deui…hey!
Dalam pergelaran wayang golek, hal ini akan terasa pada tokoh Semar, misalnya pada biantara di bawah ini:
Aduh aduh ngeran
Sumangga ieu abdi lurah Semar Kudapawana nyanggakeun sembah pangbakti
Ageung alit kalepatan mugia ngahapunten, Ngeran……..
Beberapa sebutan yang berkaitan dengan sekaran
1.1. Ngahariring (Senandung)
Sifat dari ngahariring biasanya dibawakan secara halus sekali,
pemakaian kata dalam lagu lebih menonjol kata bunyi. Pengertian halus
disini lain sekali dengan dinamika lagu. Halus dalam membawakan hariring
adalah makna dari sikap yang cenderung bernyanyi untuk diri sendiri.
Ngahariring dalam kehidupan sehari-hari sangat erat hubungannya dengan
pengisi jiwa sambil bekerja. Ngahariring dapat bersifat improvisasi
ataupun lagu yang telah ada. Kata bekerja lain dari ngaharirirng adalah
bersenandung dengan volume suara yang halus, lunak agar penampilannya
itu tidak berisik sehingga mengganggu orang lain. Sering pula hal ini
terjadi bila seseorang sedang mempelajari lagu yang belum dikuasai.
Suasana ngahariring timbul lebih cenderung dalam keadaan gembira sambil
bekerja. Dalam penampilannya, ngahariring dapat saja menjadi lain, hal
ini tergantung dari kalimat yang dipergunakan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ngahariring adalah bernyanyi
hanya ungkapannya lebih dalam untuk diri sendiri atau dengan kata lain
kesannya lebih subjektif.
1.2. Ngahaleuang
Pada dasarnya ngahaleuang berarti bernyanyi. Haleuang berarti
nyanyian/sekar. Kalau dilihat dari sifat penyajiannya ngahaleuang terasa
lebih terbuka, lebih keluar dan lantang. Jadi, pengaruh terhadap
surupan itu sendiri sangat kuat sekali. Lagu-lagu Tembang sangat jarang
ditafsirkan sebagai ngahaleuang. Dilihat dari tempo lagu, biasanya
istilah ngahaleuang banyak mempergunakan tempo sedang.
1.3. Galindeng
Kata Galindeng erat sekali dengan sekar, bahkan sering sekali
menunjukan arti suara dari seorang penyanyi yang biasanya lebih tepat
pada suara-suara yang empuk, halus. Ngagalindeng artinya suara
(nyanyian) yang dibawakan secara penuh perasaan, terutama pada
suara-suara (bagian melodi) yang penuh dengan mamanis
(kembangan-kembangan)
1.4. Babaung
Penempatan kata babaung adalah tahap kata yang kasar untuk bernyanyi.
Biasanya kalau suaranya tidak enak atau membetulkan agar nyanyiannya
dilakukan yang benar. Itu pun terbatas pada kelakar atau sindiran
tertentu saja, dilakukan pada orang yang lebih muda atau sesama yang
sudah akrab.
1.5. Kakawihan dan Tetembangan
Walaupun pada dasarnya Tembang dan Kawih berbeda lagam, pengertian
kakawihan dan tetembangan mempunyai arti yang sama. Kakawihan atau
Tetembangan ialah menyanyikan lagu dengan cara-cara seenaknya, cenderung
mengisi suasana untuk diri sendiri. Sebagai contoh ketika sedang mandi,
sedang berdandan, melakukan pekerjaan dan lain-lain. Lagunya yang telah
hapal atau sering pula diberi improvisasi-improvisasi spontan.
3. Karawitan Sekar Gending
Karawitan Sekar Gending adalah salah satu bentuk kesenian yang dalam penyajiannya terdapat unsur gabungan antara karawitan sekar dan gendingPengertian dari karawitan itu sendiri secara khusus dapat diartikan sebagai Seni Musik Tradisional yang terdapat di seluruh wilayah etnik Indonesia.
Penyebaran seni karawitan terdapa di Pulau Jawa, Sumatra, Madura dan Bali. Karawitan memainkan alat musik bernama gamelan, sebagai contoh Gamelan Pelog/Salendro, Gamelan Cirebon, Gamelan Degung dan Gamelan Cianjuran (untuk bentuk sajian ensemble/kelompok). Dalam praktiknya, karawitan biasa digunakan untuk mengiringi tarian dan nyanyian, tapi tidak tertutup kemungkinan untuk mengadakan pementasan musik saja.
Tidak ada komentar: