Penyebaran Islam di Nusantara pada awalnya didorong oleh meningkatnya jaringan perdagangan
di luar kepulauan Nusantara. Pedagang dan bangsawan dari kerajaan besar
Nusantara biasanya adalah yang pertama mengadopsi Islam. Kerajaan yang
dominan, termasuk Kesultanan Mataram (di Jawa Tengah sekarang), dan Kesultanan Ternate dan Tidore di Kepulauan Maluku di timur. Pada akhir abad ke-13, Islam telah berdiri di Sumatera Utara, abad ke-14 di timur laut Malaya, Brunei, Filipina selatan, di antara beberapa abdi kerajaan di Jawa Timur, abad ke-15 di Malaka dan wilayah lain dari Semenanjung Malaya (sekarang Malaysia).
Meskipun diketahui bahwa penyebaran Islam dimulai di sisi barat
Nusantara, kepingan-kepingan bukti yang ditemukan tidak menunjukkan
gelombang konversi bertahap di sekitar setiap daerah Nusantara,
melainkan bahwa proses konversi ini rumit dan lambat.
Proses Masuknya Islam di Indonesia
Masuknya
agama Islam ke Indonesia dapat diketahui dari beberapa sumber yang dapat
memberitakannya. Sumber sejarah itu dapat digolongkan menjadi sumber
ekstern (dari luar negeri) dan sumber intern (dari dalam negeri).
a. Sumber Eksternal
- Berita dari Arab. Pada abad ke-7 ketika Kerajaan Sriwijaya sedang berkembang telah banyak pedagang Arab yang mengadakan hubungan dengan masyarakat Kerajaan Zabag/Sriwijaya.
- Berita dari Eropa. Pada tahun 1292 Marco Polo (Italia) adalah orang Eropa pertama yang menginjakkan kaki di Indonesia ketika kembali dari Cina untuk menuju Eropa melalui jalan laut. Ketika ia singgah di Perlak (Peureulak) penduduknya telah memeluk agama Islam dan telah terdapat kerajaan bercorak Islam, yakni Kerajaan Samudra Pasai.
- Berita dari India. Para pedagang Gujarat dari India di samping berdagang juga menyebarkan agama Islam di pesisir pantai.
- Berita dari Cina. Dikatakan oleh Ma Huan (sekretaris Laksamana Cheng Ho) bahwa pada tahun 1400 telah ada pedagang-pedagang Islam yang tinggal di pantai utara Jawa.
b. Sumber Internal
Sumber intern yang menjadi bukti masuknya Islam di Indonesia, antara lain sebagai berikut.
1) Batu Nisan Fatimah binti Maimun (1028) yang bertuliskan Arab di Leran (Gresik).
2) Makam Sultan Malik Al Saleh (1297) di Sumatra.
3) Makam Syeh Maulana Malik Ibrahim (1419) di Gresik.
Proses Islamisasi di Nusantara
Islam
masuk ke Indonesia pada abad ke-7 dan terus berkembang serta prosesnya
lebih demokratis dari pada agama Hindu. Itulah sebabnya pada abad ke-16
telah dapat menggeser kekuasaan Hindu (Kerajaan Majapahit). Adapun
proses islamisasi di Indonesia dilakukan dengan berbagai bentuk, antara
lain sebagai berikut.
a. Melalui Perdagangan
Para
pedagang dari Arab, Persia, dan Gujarat memegang peranan penting sebab
di samping berdagang, mereka juga menyebarkan agama Islam. Mereka
mendirikan perkampungan sendiri (perkampungan pedagang muslim di negeri
asing ) yang disebut Pekojan. Melalui perdagangan inilah Islam
berkembang pesat. Hal ini didukung oleh situasi politik saat itu, ketika
para bupati pesisir berusaha untuk melepaskan diri dari kekuasaan pusat
yang sedang mengalami kekacauan atau perpecahan.
b. Melalui Perkawinan
Perkawinan
putri bangsawan dengan pedagang muslim dilakukan secara Islam dengan
mengucapkan kalimat syahadat (perkawinan antara pihak Islam dengan pihak
yang belum Islam). Perkawinan merupakan saluran islamisasi yang paling
mudah. Dari perkawinan itu pula akan membentuk ikatan kekerabatan antara
pihak keluarga laki-laki dan perempuan.
Saluran lewat perkawinan antara pedagang, ulama, ataupun golongan lain dengan anak bangsawan, bupati ataupun raja akan lebih menguntungkan. Status sosial ekonomi ataupun politik para bangsawan, bupati, atau raja akan mempercepat proses islamisasi. Banyak contoh yang dapat dikemukakan mengenai proses islamisasi melalui perkawinan, antara lain sebagai berikut.
Saluran lewat perkawinan antara pedagang, ulama, ataupun golongan lain dengan anak bangsawan, bupati ataupun raja akan lebih menguntungkan. Status sosial ekonomi ataupun politik para bangsawan, bupati, atau raja akan mempercepat proses islamisasi. Banyak contoh yang dapat dikemukakan mengenai proses islamisasi melalui perkawinan, antara lain sebagai berikut.
1) Perkawinan Putri Campa dengan Raja Brawijaya yang melahirkan Raden Patah.
2) Perkawinan Rara Santang (putri Prabu Siliwangi) dengan Syarif Abdullah melahirkan Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati).
3) Perkawinan Putri Blambangan dengan Maulana Ishak mempunyai seorang putra bernama Raden Paku (Sunan Giri).
4)
Perkawinan Raden Rahmat (Sunan Ampel) dengan Nyai Gede Manila
melahirkan Sunan Bonang (Makdum Ibrahim) dan Sunan Drajat (Syarifudin).
c. Melalui Tasawuf
Ajaran
tasawuf adalah ajaran ketuhanan yang telah bercampur dengan mistis atau
unsur-unsur magis. Ajaran tasawuf masuk ke Indonesia pada abad ke-13.
Di Aceh muncul ahli tasawuf yang terkenal, seperti Hamzah Fansuri,
Syamsuddin as Samatrani, dan Nuruddin ar Raniri. Di Jawa di antara Wali
Sanga juga ada yang mengajarkan tasawuf ialah Sunan Bonang dan Sunan
Kudus.
d. Melalui Pendidikan
Lewat
pendidikan terutama dalam pesantre yang diselenggarakan oleh guru-guru
agama, kiai-kiai, dan ulama-ulama. Pesantren merupakan lembaga yang
penting dalam penyebaran agama Islam karena merupakan tempat pembinaan
calon guru-guru agama, kiai-kiai, dan ulama-ulama. Pada masa pertumbuhan
Islam di Jawa, kita mengenal beberapa pesantren, di antaranya Pesantren
Ampel Denta di Surabaya dan Pesantren Giri di Gresik.
e. Melalui Dakwah
Proses
islamisasi di Jawa melalui dakwah dilakukan oleh kelompok para wali
yang dikenal dengan sebutan Wali Sanga (songo). Wali artinya wakil atau
utusan. Mereka di samping memiliki pengetahuan agama Islam juga memiliki
kelebihan yang disebut karomah. Oleh karena itu, mereka diberi gelar
sunan artinya yang dihormati. Kesembilan wali tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Sunan Ampel (Raden Rahmat) di Surabaya (Jawa Timur).
2) Sunan Bonang (Raden Makdum Ibrahim) di Tuban (Jawa Timur).
3) Sunan Drajat ( Raden Syarifuddin) atau raden Qosim di Lawongan, Jawa Timur.
4) Sunan Giri (Raden Paku) di Gresik, Jawa Timur.
5) Syeh Maulana Malik Ibrahim, di Gresik, Jawa Timur.
6) Sunan Kalijaga (Raden Said) di Kadilangu, Semarang, Jawa Tengah.
7) Sunan Kudus (Raden Jafar Shodiq) di Kudus, Jawa Tengah.
8) Sunan Muria (Raden Umar Said) di Muria, Jawa Tengah.
9) Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) di Cirebon, Jawa Barat.
Penyebaran
agama Islam di Jawa Tengah bagian selatan dilakukan Sunan Tembayat
(Bayat) yang berkedudukan di Klaten. Penyebaran agama Islam di luar
Jawa, khususnya di Sulawesi Selatan dilakukan oleh Datuk ri Bandang dan
Datuk ri Sulaiman. Di Kalimantan Timur dilakukan oleh Datuk ri Bandang
dan Tuan Tunggang ri Parangan. Golongan lain yang mempercepat proses
islamisasi ialah mereka yang telah menunaikan ibadah haji.
Agama Islam mudah diterima dan dapat berkembang pesat di Indonesia karena faktor sebagai berikut.
Agama Islam mudah diterima dan dapat berkembang pesat di Indonesia karena faktor sebagai berikut.
- Syarat masuk Islam sangat mudah, yakni cukup mengucapkan kalimat syahadat.
- Agama Islam bersifat demokratis, tidak mengenal perbedaan sosial, tidak membedakan si kaya dan si miskin, tidak membedakan warna kulit, dan sebagainya.
- Agama Islam tidak mengenal kasta.
- Agama Islam yang masuk ke Indonesia disesusikan dengan adat dan tradisi bangsa Indonesia, serta bertoleransi tinggi terhadap agama yang ada waktu itu, yakni Hindu dan Buddha.
- Penyebaran agama Islam dilakukan dengan jalan damai, tanpa paksaan, dan kekerasan.
- Faktor politik yang turut memperlancar penyebaran agama Islam di Indonesia ialah runtuhnya Kerajaan Majapahit (1478) atau (1526) dan jatuhnya Malaka ke tangan Portugis 1511.
Tidak ada komentar: