Perkembangan Masyarakat,
Kebudayaan dan Pemerintahan pada masa Kolonial Eropa
1. Masa kolonial Portugis
Portugis di Indonesia menanamkan kekuasaannya dengan cara yang kejam
dan bertindak sewenang-wenang kepada rakyat. Keadaan ini membuat rakyat
melakukan perlawanan terhadap Portugis. Dan pada kenyataannya Portugis memang hanya dapat menguasai Ternate saja,
karena selalu gagal memasuki daerah lain di Indonesia.
Kebudayaan rohani yang ditinggalkan berupa penyebaran agama Katolik
di Ambon, Maluku. Banyak masyarakat Ambon yang akhirnya memeluk agama Katolik.
Bangsa Portugis juga meninggalkan benda-benda yang akhirnya dianggap keramat
oleh bangsa Indonesia, seperti meriam-meriam yang terkenal dengan nama
Nyai Setomi di Solo, Si Jagur di Jakarta, dan Ki Amuk di Banten.
2. Masa kolonial Spanyol
Bangsa Spanyol hanya dapat memengaruhi masyarakat Tidore, akan
tetapi tidak semua rakyat Tidore terpengaruh dan masa kolonial Spanyol juga
tidak berjalan lama karena rakyat Tidore melakukan perlawanan. Karena tidak lama
berkuasa maka hampir tidak ada
pengaruh kekuasaan Spanyol dalam perkembangan
masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan bagi rakyat Tidore.
3. Masa kolonial Belanda
Dengan berdirinya VOC sebagai pesekutuan dagang Belanda, maka Indonesia ketika itu telah memasuki era penjajahan Belanda. Kepengurusan VOC terdiri dari 17 orang (Heren Zeventien)
yang berkedudukan di Amsterdam. Untuk memperkuat kedudukannya, oleh pemerintah Belanda VOC
diberikan modal 6,5 juta gulden
Belanda dan Hak Octrooi (hak-hak istimewa), yaitu:
- Memiliki tentara dan
mendirikan benteng.
- Menduduki daerah asing.
- Mengangkat pegawai.
- Mengadakan perjanjian
dengan penguasa setempat.
- Membentuk pengadilan.
- Membuat Undang-Undang,
dan lain-lain.
Di samping itu juga diangkat pemimpin tertinggi VOC yang diberi
gelar Gubernur Jenderal. Gubernur Jenderal yang pernah memimpin VOC antara lain :
a. Pieter Both; Gubernur
Jenderal pertama VOC yang memerintah tahun 1610-1619 di Ambon.
b. Jean Pieterzoon Coen;
Gubernur Jenderal VOC kedua yang memindahkan pusat VOC dari Ambon ke Jayakarta
(Batavia).
Pemerintah Belanda dengan VOC bertindak kejam dan memeras hasil
pertanian atau pun perkebunan rakyat guna kepentingan bangsa Belanda. Hal ini
menyebabkan rakyat Indonesia menderita dan sengsara.
Setelah VOC berkuasa selama ± 200 tahun, ternyata mengalami
kebangkrutan dan kemunduran. Sebab-sebab kemunduran VOC adalah sebagai berikut:
a. Kas VOC kosong, disebabkan
oleh:
- VOC banyak mengeluarkan
biaya perang melawan rakyat.
- Pegawai VOC banyak
korupsi.
- Banyak menggaji tentara
dan pegawai VOC.
b. Prajurit VOC banyak yang
tewas menghadapi perlawanan rakyat.
Pemerintahan Daendels di Indonesia (1808-1811)
Herman Willem Daendels dikirim ke Indonesia oleh Louis Napoleon
Bonaparte dan diberi tugas untuk mengatur pemerintahan Indonesia serta
mempertahankan Indonesia (Pulau Jawa) dari serangan Inggris. Langkah-langkah
yang ditempuh Daendels di Indonesia antara lain:
a. Di bidang Militer
- Menarik orang-orang
Indonesia menjadi prajurit.
- Membangun pabrik senjata
di Kota Semarang dan Surabaya.
- Membangun pangkalan
angkatan laut di Anyer dan Panarukan.
- Membangun benteng-benteng
pertahanan.
b. Di Bidang Keuangan
- Melaksanakan
Contingenten, yaitu pajak yang berupa hasil bumi.
- Melaksanakan kebijakan
Verplichte Liverantie, yaitu kewajiban rakyat menjual sebagian hasil bumi
kepada pemerintah dengan harga yang telah ditetapkan.
- Melaksanakan Kebijakan Preanger
Stelsel, yaitu kewajiban rakyat di Priangan untuk menanam kopi.
- Menjual tanah negara
kepada pengusaha swasta Cina (Hou Ti Ko).
c. Di Bidang Perhubungan
Membangun jalan
raya dari Anyer sampai dengan Panarukan yang berjarak ± 1.000 km dengan sistem rodi/kerja paksa.
d. Di Bidang Politik
- Pulau Jawa dibagi menjadi
9 karesidenan yang kepalanya disebut residen.
- Bupati di seluruh Pulau
Jawa dijadikan pegawai pemerintahan Belanda.
- Mendirikan badan-badan
pengadilan.
- Memperbaiki gaji,
memberantas korupsi, memberi hukuman yang berat bagi pegawai yang curang.
Tindakan Daendels kejam dan sewenang-wenang, sehingga ia terkenal
dengan sebutan “Gubernur Tangan Besi”. Tindakan Daendels yang menjual tanah
kepada Hou Ti Ko tidak dibenarkan oleh Louis Napoleon Bonaparte. Daendels
dinyatakan bersalah, maka ia ditarik ke negeri Belanda dan digantikan oleh
Gubernur Jenderal Jan Willem Jansens (1811). Ternyata Jansens lemah dan kurang
cakap, sehingga Inggris berani menyerang kekuasaan Belanda di Indonesia. Belanda
kalah dan harus menandatangani Perjanjian Kapitulasi Tuntang pada tahun 1811.
Sejak saat itu Indonesia dikuasai Inggris.
4. Masa kolonial Inggris
Pada masa kolonial Inggris, perdagangan di Indonesia dimonopoli
oleh EIC. Akan tetapi ini tidak berjalan dengan baik karena selalu terdesak oleh VOC.
Pada masa Gubernur Jenderal Raffles, rakyat Indonesia diperhatikan
sehingga kehidupan lebih baik. Raffles membagi daerah Jawa atas 16 daerah
karesidenan, dengan tujuan untuk mempermudah pemerintah melakukan pengawasan
terhadap daerah-daerah yang dikuasainya. Di samping itu, Raffles juga membentuk
susunan baru dalam pengadilan yang didasarkan pada pengadilan Inggris. Setelah
Raffles selesai bertugas di Indonesia dan ditarik kembali ke Inggris,
pemerintahan Indonesia kembali ke pangkuan penjajah Belanda.
Tidak ada komentar: